STANDAR SOP PENGOPERASIAN - CUBICLE SCHNEIDER SM6 TYPE DM1A MOTOREIZ

1. Persiapan Sebelum Pengoperasian:

  • Periksa peralatan dan kondisi cubicle:
    • Pastikan cubicle dalam kondisi baik dan tidak ada kerusakan fisik yang terlihat.
    • Cek indikator status tegangan (voltage presence indicator) untuk memastikan ada atau tidak adanya tegangan pada busbar.
    • Pastikan pintu cubicle dalam keadaan tertutup rapat dan mekanisme penguncian pintu berfungsi dengan baik.
    • Lakukan pengecekan kondisi peralatan proteksi seperti relay, MCB (Miniature Circuit Breaker), dan perangkat lain terkait.
  • Periksa remote control atau HMI (Human Machine Interface):
    • Jika menggunakan remote control atau interface motorizasi, pastikan sistem dalam kondisi siap operasi dan tidak ada gangguan (error) di HMI.
  • Pastikan sumber daya listrik motorizasi:
    • Pastikan power supply untuk motorized system dalam kondisi baik dan mencukupi.

2. Prosedur Pengoperasian Manual dari Local Control:

Jika pengoperasian secara manual dilakukan dari local control panel, ikuti langkah berikut:

  • Posisi Circuit Breaker (CB):
    • Pastikan Circuit Breaker dalam posisi OFF (terbuka) sebelum melakukan perubahan lain pada sistem.
  • Pengujian Interlock dan Safety:
    • Cek interlock keamanan untuk memastikan cubicle dalam kondisi aman dan siap dioperasikan.
  • Pengoperasian Circuit Breaker:
    • Untuk mengoperasikan CB, gunakan tombol ON/OFF atau mekanisme handle yang ada pada cubicle, bergantung pada desain spesifik cubicle.
  • Operasikan Saklar Bypass:
    • Jika diperlukan, lakukan pengoperasian saklar bypass untuk memindahkan suplai listrik atau untuk perawatan.

3. Prosedur Pengoperasian Otomatis (Motorized Operation):

Jika menggunakan sistem motorizasi untuk pengoperasian dari jarak jauh (remote operation), berikut langkah-langkah yang harus diikuti:

  • Persiapkan Sistem Remote Control:

    • Pastikan sistem SCADA atau sistem remote control lainnya telah siap untuk melakukan perintah pengoperasian.
  • Operasikan melalui HMI atau SCADA:

    • Pada panel kontrol HMI atau SCADA, pastikan cubicle dalam mode motorized control.
    • Pilih Circuit Breaker ON atau OFF sesuai kebutuhan.
  • Monitoring Status:

    • Pantau status operasi dari HMI atau SCADA, apakah CB sudah dalam posisi ON atau OFF.
    • Periksa parameter penting seperti tegangan, arus, dan suhu jika tersedia pada interface.
  • Feedback dan Konfirmasi:

    • Pastikan ada feedback dari cubicle setelah pengoperasian, misalnya lampu indikator yang menyala atau konfirmasi dari sistem SCADA bahwa operasi berhasil dilakukan.

4. Keamanan Selama Pengoperasian:

  • Terapkan Prosedur Lockout/Tagout (LOTO):
    • Pastikan prosedur penguncian (lockout) diterapkan sebelum melakukan pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan.
  • Periksa Status Tegangan dan Arus:
    • Setelah pengoperasian cubicle, pastikan untuk memeriksa tegangan dan arus pada busbar atau beban untuk memastikan tidak ada ketidaksesuaian yang berbahaya.
  • Keselamatan Personel:
    • Operator harus menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan isolasi, helm, dan sepatu khusus tegangan menengah saat melakukan pengoperasian cubicle.

5. Shutdown dan Perawatan:

  • Prosedur Penutupan (Shutdown):
    • Untuk menutup cubicle setelah operasi, matikan Circuit Breaker dan pastikan semua indikator dalam kondisi normal.
  • Pemeriksaan Berkala:
    • Lakukan pemeriksaan rutin terhadap motor, panel kontrol, dan koneksi kabel untuk memastikan tidak ada kerusakan atau komponen aus yang dapat mengganggu kinerja cubicle.

6. Dokumentasi:

  • Log Operasional:
    • Catat setiap pengoperasian yang dilakukan pada cubicle di logbook operasional untuk keperluan rekaman dan pemeliharaan.
  • Laporan Kerusakan:
    • Jika terjadi anomali atau kerusakan selama pengoperasian, laporkan segera ke tim pemeliharaan untuk dilakukan perbaikan.

7. Kesalahan Umum dan Solusi:

  • CB Gagal Menutup/Membuka:
    • Periksa tegangan motorizasi atau lakukan pengecekan manual untuk mengidentifikasi masalah pada aktuator motor.
  • Sistem Remote Tidak Merespon:
    • Cek koneksi komunikasi antara HMI atau SCADA dengan cubicle.

Pengoperasian cubicle Schneider SM6 type DM1A dengan sistem motorized ini harus dilakukan oleh personel yang terlatih untuk meminimalkan risiko dan menjaga kelangsungan operasi sistem listrik.

Share:

CUBICLE 20KV - GANGGUAN YANG SERING TERJADI DAN CARA MENANGANINYA

            Cubicle 20kV merupakan salah satu jenis peralatan listrik tegangan menengah yang digunakan untuk mengendalikan dan melindungi sistem kelistrikan.

Di dalam kubikel ini terdapat berbagai komponen seperti circuit breaker, isolator, relay proteksi, voltage transformer (VT), current transformer (CT), dan busbar. Meskipun sangat andal, gangguan atau kesalahan dapat terjadi pada kubikel 20kV, yang memengaruhi keselamatan dan kinerja sistem tenaga listrik. Berikut ini adalah penjelasan rinci tentang gangguan yang sering terjadi pada kubikel 20kV dan cara mengatasinya:

1. Kegagalan Isolasi

Penyebab:

• Penuaan Isolasi: Seiring berjalannya waktu, isolasi pada kabel, busbar, atau komponen lainnya dapat menurun, sehingga mengurangi kekuatan dielektriknya. • Masuknya Kelembapan: Kelembapan atau masuknya air karena penyegelan yang buruk dapat mengurangi resistansi isolasi, yang menyebabkan kerusakan.

• Kontaminan: Debu, kotoran, dan kontaminan lainnya dapat terkumpul pada isolasi, yang menyebabkan terjadinya pelacakan atau flashover.

 

Gejala:

• Penurunan resistansi isolasi yang diukur selama pengujian isolasi.

• Flashover atau pelepasan parsial, mungkin terlihat sebagai percikan atau lengkung.

• Bau terbakar atau ozon yang menunjukkan pelepasan listrik.

 

Solusi:

• Lakukan Pengujian Isolasi Secara Berkala: Lakukan pengujian resistansi isolasi secara berkala menggunakan megger untuk mengidentifikasi isolasi yang memburuk sejak dini.

• Pengeringan dan Dehumidifikasi: Jika diduga terjadi masuknya kelembapan, keringkan bilik menggunakan pemanas atau pasang dehumidifier dan pastikan penyegelan yang tepat untuk mencegah masuknya kelembapan lebih lanjut.

• Pembersihan: Bersihkan permukaan internal bilik untuk menghilangkan debu dan kontaminan. Gunakan bahan pembersih khusus untuk peralatan listrik. • Ganti Isolasi yang Rusak: Jika isolasi rusak parah, ganti kabel, bushing, atau isolasi busbar yang terpengaruh.

 

2. Kerusakan Pemutus Sirkuit

Penyebab:

• Keausan Mekanis: Pengoperasian yang sering menyebabkan keausan pada komponen yang bergerak, termasuk pegas, kait, dan mekanisme pengoperasian.

• Kegagalan Membuka atau Menutup: Hal ini dapat disebabkan oleh kemacetan mekanis, pelumasan yang tidak memadai, atau kegagalan sirkuit kontrol listrik.

• Erosi Kontak: Busur listrik selama operasi pengalihan mengikis kontak dari waktu ke waktu, yang menyebabkan konduktivitas yang buruk atau resistansi kontak yang tinggi.

• Kegagalan Mekanisme Trip: Pemutus sirkuit mungkin gagal trip selama gangguan karena kumparan trip atau sirkuit tambahan yang rusak.

 

Gejala:

• Pemutus sirkuit tidak membuka atau menutup seperti yang diharapkan.

• Suara bising (bergerinda atau berbunyi klik) saat pemutus beroperasi.

• Resistansi kontak yang tinggi atau panas berlebih pada kontak pemutus.

• Kegagalan pemutus sirkuit untuk trip dalam kondisi gangguan. Solusi:

• Periksa dan Lumasi Mekanisme: Periksa komponen mekanis secara berkala dan gunakan pelumas yang sesuai untuk menghindari kemacetan mekanis.

• Uji Sirkuit Trip dan Sirkuit Kontrol: Periksa koil trip, relai, dan sirkuit bantu untuk memastikan semuanya berfungsi dengan benar. Uji kemampuan pemutus arus untuk melakukan trip secara manual dan otomatis.

• Ukur Resistansi Kontak: Gunakan mikro-ohmmeter untuk memeriksa resistansi kontak, dan ganti kontak jika resistansinya tinggi atau jika kontak terkikis parah.

• Lakukan Uji Waktu Pemutus Arus: Gunakan peralatan khusus untuk mengukur waktu buka dan tutup pemutus arus. Jika pengaturan waktunya berada di luar batas yang dapat diterima, pemutus arus mungkin perlu diservis atau diganti.

 

3. Kerusakan Busbar

 

Penyebab:

Sambungan Longgar: Seiring waktu, sambungan antara busbar dan komponen lain dapat mengendur karena siklus termal atau getaran mekanis.

Panas berlebih: Aliran arus berlebih karena kelebihan beban atau ventilasi yang buruk dapat menyebabkan busbar menjadi terlalu panas. • Korosi: Faktor lingkungan atau kelembapan dapat menyebabkan busbar mengalami korosi, terutama di area yang berventilasi buruk atau lembap.

• Hubungan Pendek: Kerusakan isolasi atau kerusakan mekanis dapat menyebabkan gangguan fase-ke-fase atau fase-ke-tanah di sepanjang busbar.

 

Gejala:

• Pemanasan berlebihan atau tanda terbakar di dekat sambungan busbar atau di sepanjang busbar.

• Lengkungan atau percikan yang terlihat di bilik.

• Pemutus sirkuit tersandung karena gangguan fase atau gangguan tanah.

• Suara bising yang tidak biasa seperti dengungan atau dengung karena sambungan yang longgar.

 

Solusi:

• Kencangkan Sambungan yang Longgar: Periksa dan kencangkan sambungan busbar secara teratur untuk menghindari lengkung dan panas berlebih.

Termografi Inframerah: Gunakan kamera inframerah untuk mendeteksi titik panas di sepanjang busbar. Ini memungkinkan identifikasi dini adanya panas berlebih atau sambungan yang longgar.

Ganti Busbar yang Terkorosi: Jika korosi signifikan, ganti bagian busbar yang terkena dan perbaiki ventilasi bilik.

• Memperbaiki Isolasi dan Dukungan: Pasang isolasi yang lebih baik di sekitar busbar dan pastikan bahwa dukungan mekanis tersedia untuk mencegah kendur atau pergerakan.

 

4. Kerusakan Relai Proteksi

Penyebab:

• Pengaturan yang Salah: Pengaturan relai yang tidak tepat dapat menyebabkan trip palsu atau kegagalan trip selama terjadi gangguan.

• Masalah Penuaan atau Kalibrasi: Relai, terutama yang elektromekanis, dapat menyimpang dari pengaturan kalibrasinya seiring waktu.

• Kegagalan Pengkabelan atau Komunikasi: Pengkabelan yang salah atau kesalahan komunikasi antara relai dan sistem kontrol dapat menyebabkan pengoperasian relai yang salah.

• Sinyal Transformator Arus atau Tegangan yang Salah: Sinyal yang tidak akurat dari CT atau VT dapat menyebabkan kerusakan relai.

 

Gejala:

• Trip palsu atau kegagalan trip dalam kondisi gangguan.

• Indikasi relai atau sinyal alarm yang salah.

• Ketidakcocokan antara pembacaan arus/tegangan yang diukur dan aktual.

• Alarm dari sistem proteksi menunjukkan status yang salah.

 

Solusi:

• Tinjau Pengaturan Relai: Periksa dan sesuaikan pengaturan relai secara berkala untuk memastikannya selaras dengan persyaratan proteksi sistem. • Lakukan Pengujian Relai: Uji fungsionalitas relai menggunakan uji injeksi sekunder untuk mensimulasikan kondisi kesalahan dan memverifikasi respons relai.

• Periksa CT dan VT: Pastikan transformator arus dan tegangan memberikan sinyal yang akurat. Lakukan uji rasio dan uji isolasi.

• Tingkatkan ke Relai Digital: Jika relai sudah ketinggalan zaman atau tidak dapat diandalkan, pertimbangkan untuk meningkatkan ke relai digital modern dengan fitur diagnostik dan perlindungan yang lebih baik.

 

5. Kesalahan Transformator Tegangan (VT) dan Transformator Arus (CT)

Penyebab:

• Beban berlebih: Kondisi arus berlebih atau tegangan berlebih dapat menyebabkan kerusakan pada CT atau VT, yang menyebabkan pengukuran yang tidak akurat.

• Kegagalan Isolasi: Degradasi isolasi pada CT dan VT karena kelembapan atau penuaan termal dapat menyebabkan korsleting atau pembacaan yang tidak akurat.

• Kejenuhan: Kejenuhan CT terjadi ketika inti menjadi kelebihan beban magnetis, yang menyebabkan pengukuran arus terdistorsi. • Rangkaian Terbuka di CT Sekunder: Jika lilitan sekunder CT terbuka saat lilitan primer dialiri arus, tegangan berbahaya dapat terbentuk, yang mungkin merusak CT.

 

Gejala:

• Pengukuran arus atau tegangan yang salah.

• Kerusakan relai proteksi karena sinyal CT/VT yang tidak akurat.

• Kondisi trip atau alarm dalam kondisi pengoperasian normal.

• Kerusakan fisik pada casing CT/VT (retak, perubahan warna, dll.).

... • Ganti CT/VT yang Rusak: Jika CT atau VT rusak atau isolasinya rusak, gantilah untuk memastikan pemantauan dan perlindungan sistem yang akurat.

 

6. Masalah Kelembapan dan Kontaminasi

 

Penyebab:

• Penyegelan yang Buruk: Gasket atau segel yang rusak atau tidak terpasang dengan benar dapat menyebabkan kelembapan masuk ke dalam bilik.

• Kondensasi: Jika bilik terkena fluktuasi suhu yang signifikan, kondensasi dapat terbentuk, terutama di lingkungan yang lembap.

• Debu dan Kotoran: Di lingkungan yang berdebu, kontaminan dapat mengendap di dalam bilik, yang menyebabkan pelacakan atau lengkung listrik di atas permukaan isolasi.

 

Gejala:

• Meningkatnya kelembapan di dalam bilik.

• Berkurangnya resistansi isolasi yang menyebabkan alarm trip atau kesalahan.

• Tanda pelacakan yang terlihat, lengkung listrik, atau peristiwa flashover.

• Genangan air atau penumpukan kelembapan di dalam bilik. Solusi:

• Pasang Pemanas: Letakkan pemanas ruangan di dalam bilik untuk menjaga lingkungan tetap kering dan mencegah kondensasi.

• Perbaiki Penyegelan: Periksa dan ganti segel, gasket, dan kelenjar kabel yang sudah usang secara berkala untuk mencegah masuknya kelembapan.

• Hilangkan Kelembapan di Area: Gunakan dehumidifier untuk mengurangi tingkat kelembapan di dalam bilik.

• Bersihkan Bilik Secara Teratur: Bersihkan debu dan kotoran dari komponen internal secara berkala menggunakan bahan pembersih yang tepat untuk mencegah kontaminasi.

 

7. Arc Flash dan Gangguan Pentanahan

 

Penyebab:

• Sambungan Longgar atau Isolasi Putus: Isolasi yang rusak atau sambungan longgar dapat menyebabkan busur listrik antara konduktor atau ke tanah.

• Peralatan yang Rusak: Kegagalan peralatan, seperti pemutus sirkuit atau isolator, dapat mengakibatkan busur listrik jika tidak dirawat dengan benar.

• Kontaminan dan Kelembapan: Debu atau kelembapan konduktif dapat menyebabkan jalur arus yang tidak diinginkan, yang menyebabkan gangguan pentanahan atau busur listrik.

 

Gejala:

• Terlihat kilatan listrik atau ledakan listrik.

• Kerusakan pada bilik, termasuk luka bakar, insulasi yang meleleh, atau sekring yang putus.

• Peralatan tersandung atau alarm berbunyi keras yang mengindikasikan adanya kerusakan.

 

Penjelasan Lebih detail tentang Arc flash

Arc flash dan gangguan arde merupakan gangguan serius yang dapat terjadi di bilik listrik 20kV. Gangguan ini dapat menyebabkan kerusakan peralatan, bahaya keselamatan, dan pemadaman listrik. Berikut ini adalah penjelasan terperinci tentang penyebab, gejala, dan solusi untuk arc flash dan gangguan arde, serta tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko kejadian ini.

 

1. Gangguan Arc Flash

Arc flash terjadi ketika pelepasan muatan listrik melompat di antara bagian konduktif atau dari konduktor ke tanah, yang menciptakan panas, cahaya, dan tekanan yang intens. Peristiwa ini dapat sangat berbahaya, yang mengakibatkan kerusakan peralatan, cedera, atau bahkan kematian.

 

Penyebab Arc Flash di Bilik Listrik 20kV

Sambungan Kendur atau Terkorosi:

Sambungan listrik yang longgar dapat menimbulkan resistansi, yang menyebabkan panas berlebih dan lengkung listrik di antara konduktor.

Kerusakan Isolasi:

Isolasi yang menua, rusak, atau terkontaminasi pada kabel, busbar, atau komponen dapat menyebabkan munculnya busur listrik. Kelembapan dan Kontaminan: Debu, kotoran, kelembapan, atau bahan kimia dapat mengurangi kekuatan isolasi dan menciptakan jalur konduktif, yang menyebabkan terjadinya percikan api.

 

Kesalahan Manusia:

Prosedur pengoperasian atau pemeliharaan yang tidak tepat, seperti bekerja pada peralatan yang bertegangan atau penanganan alat yang salah, dapat memicu percikan api.

 

Tegangan Berlebih dan Lonjakan Arus Sementara:

Sambaran petir atau lonjakan arus dapat menyebabkan percikan api dengan membebani isolasi sistem secara berlebihan.

Keausan Pemutus Sirkuit:

Pengoperasian yang sering atau pemeliharaan pemutus sirkuit yang buruk dapat menyebabkan kegagalan mekanis, yang meningkatkan risiko percikan api.

 

Gejala Pecahnya Api

 

Pecahan Terlihat:

Kilatan cahaya terang dapat diamati saat percikan api terjadi.

Ledakan Keras:

Pecahnya api menghasilkan ledakan keras karena pemuaian udara dan gas yang cepat.

Bau Terbakar:

Panas yang kuat dapat membakar isolasi dan bahan lain di dalam bilik.

 

Perangkat Proteksi Terputus: Pemutus sirkuit atau sekring akan putus untuk memutus arus gangguan. Bekas Luka Bakar atau Kerusakan: Bekas luka bakar pada dinding bilik, busbar, atau komponen menunjukkan adanya peristiwa busur api sebelumnya.

 

Solusi dan Penanganan Busur Api

 

Isolasi Kerusakan:

Segera isolasi bagian bilik yang terkena dengan membuka pemutus arus yang sesuai. Pastikan catu daya ke bagian yang rusak benar-benar terputus sebelum melanjutkan.

Tingkatkan Pemutus Sirkuit:

Gunakan pemutus sirkuit tahan busur atau pasang kembali pemutus sirkuit yang ada dengan sistem deteksi dan mitigasi busur api.

Pasang Relai Busur Api: Relai busur api dapat mendeteksi gangguan busur api berdasarkan cahaya dan arus dan mematikan pemutus sirkuit dalam hitungan milidetik untuk meminimalkan kerusakan dan risiko.

 

Pencegahan Busur Api

Lakukan Perawatan Rutin:

Perawatan rutin komponen bilik (terutama pemutus sirkuit, relai, dan isolasi) membantu mencegah gangguan yang dapat menyebabkan busur api.

Termografi Inframerah: Gunakan termografi inframerah untuk mendeteksi titik panas, yang dapat mengindikasikan sambungan longgar atau komponen yang memburuk yang dapat menyebabkan busur api.

Analisis Busur Api dan APD:

Lakukan analisis bahaya busur api untuk menentukan energi potensial busur api dalam sistem. Lengkapi personel dengan alat pelindung diri (APD) yang sesuai berdasarkan tingkat energi insiden.

Pasang Peralatan Sakelar Tahan Busur Api: Pertimbangkan untuk menggunakan peralatan sakelar tahan busur api, yang dirancang untuk menahan dan mengalihkan energi dari busur api menjauh dari operator.

 

2. Gangguan Ground Fault

Ground fault terjadi ketika ada koneksi yang tidak diinginkan antara konduktor yang bertegangan dan tanah. Dalam sistem 20kV, gangguan ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada peralatan dan menimbulkan risiko terhadap keselamatan personel.

 

Penyebab Ground Fault di Bilik 20kV

Kegagalan Isolasi: Isolasi yang rusak, menua, atau terkontaminasi dapat rusak, yang memungkinkan arus mengalir ke tanah.

Kerusakan Kabel: Kerusakan mekanis pada kabel (seperti dari hewan pengerat, getaran, atau penanganan yang buruk selama pemasangan) dapat mengekspos konduktor dan menyebabkan ground fault.

Kelembaban atau Masuknya Air: Air atau kelembapan yang masuk ke bilik dapat menyebabkan pelacakan atau kerusakan isolasi, yang menyebabkan ground fault.

Peralatan yang Rusak: Komponen yang tidak berfungsi seperti transformator, pemutus sirkuit, atau kapasitor dapat menyebabkan grounding yang tidak diinginkan.

 

Gejala Ground Fault

Pemutus Sirkuit Terputus: Perangkat perlindungan sistem, seperti relai atau pemutus ground fault, akan terpicu untuk memutus sirkuit yang terganggu.

 

Gejala Gangguan Grounding

Pemutus Sirkuit Terputus: Perangkat proteksi sistem, seperti relai atau pemutus arus gangguan grounding, akan terputus untuk memutus sirkuit yang terganggu.

Resistansi Isolasi Berkurang: Uji resistansi isolasi berkala dapat mengungkapkan nilai rendah, yang mengindikasikan potensi gangguan grounding.

 

Kehilangan Daya yang Tidak Dapat Dijelaskan:

Bagian dari sistem kelistrikan dapat mengalami penurunan tegangan atau pemadaman berkala karena gangguan grounding.

Kerusakan yang Terlihat:

Tanda terbakar atau isolasi yang rusak di bilik atau pada kabel dapat mengindikasikan lokasi gangguan.

 

Solusi dan Penanganan Gangguan Grounding

Temukan Gangguan: Gunakan teknik lokasi gangguan grounding, seperti reflektometri domain waktu (TDR) atau uji resistansi isolasi, untuk menentukan lokasi gangguan yang tepat.

 

Pisahkan Sirkuit yang Terganggu: Buka pemutus sirkuit atau pemisah yang sesuai untuk mengisolasi bagian yang terganggu dari bagian sistem lainnya.

 

Periksa dan Perbaiki: Periksa kabel, busbar, dan peralatan untuk mengetahui kerusakan isolasi atau kerusakan fisik. Perbaiki atau ganti komponen yang terganggu.

 

Uji Sistem: Setelah perbaikan, lakukan uji resistansi isolasi dan uji potensi tinggi (Hi-Pot) untuk memastikan integritas sistem sebelum dialiri listrik kembali.

 

Tingkatkan Sistem Proteksi: Pertimbangkan untuk meningkatkan skema proteksi gangguan arde, seperti menggunakan relai gangguan arde sensitif yang mendeteksi gangguan arde kecil dan memutuskan rangkaian.

 

Pencegahan Gangguan Arde

 

Manajemen Kabel yang Tepat: Gunakan kabel berkualitas tinggi dan berperingkat memadai untuk sistem 20kV. Pastikan penanganan yang tepat selama pemasangan dan amankan kabel dari kerusakan mekanis dan serangan hewan pengerat.

Pengendalian Kelembapan: Pastikan bilik tertutup rapat terhadap masuknya air. Pasang pemanas atau dehumidifier untuk menjaga lingkungan tetap kering.

Pengujian Isolasi Rutin: Uji resistansi isolasi kabel dan peralatan secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda awal penurunan isolasi.

Gunakan Relai Gangguan Arde: Pasang relai gangguan arde sensitif yang dapat mendeteksi dan mengisolasi gangguan arde kecil sebelum berubah menjadi masalah yang lebih besar. Pemeliharaan Sistem Pembumian: Periksa dan rawat sistem pembumian secara berkala, termasuk memeriksa sambungan dan batang pembumian, untuk memastikan pembuangan arus gangguan yang tepat.

 

Perbedaan Utama Antara Arc Flash dan Ground Fault

Arc Flash: Pelepasan listrik berenergi tinggi yang disebabkan oleh gangguan antara konduktor atau konduktor dan tanah, yang menghasilkan panas, cahaya, dan tekanan yang intens. Sering kali lebih merusak dan berbahaya.

 

Ground Fault: Gangguan berenergi rendah di mana arus mengalir tanpa sengaja ke tanah, biasanya karena kerusakan isolasi atau kelembapan. Meskipun masih berbahaya, gangguan tanah umumnya kurang merusak tetapi dapat menyebabkan kerusakan peralatan seiring waktu jika tidak ditangani.

 

Ringkasan Solusi

Solusi Arc Flash:

  • Segera isolasi area yang mengalami gangguan.
  • Perbaiki atau ganti komponen yang rusak.
  • Lakukan analisis arc flash dan terapkan protokol APD.
  • Pasang peralatan sakelar tahan busur dan sistem deteksi arc flash.
  • Solusi Ground Fault:
  • Temukan dan isolasi bagian yang mengalami gangguan.
  • Periksa dan perbaiki atau ganti kabel atau peralatan yang rusak.

 

Tingkatkan sistem perlindungan ground fault.

Tindakan Pencegahan

Perawatan, pengujian, dan inspeksi rutin merupakan kunci untuk mencegah terjadinya busur api dan gangguan arde.

Terapkan protokol keselamatan yang tepat bagi personel yang bekerja di dekat bilik 20kV, termasuk penguncian/penandaan, APD, dan pelatihan yang tepat mengenai sistem tegangan tinggi.


Share:

INSTALASI CUBICLE 20KV - CIKARANG BANDUNG

        Adalah panel distribusi tegangan menengah yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol, dan melindungi jaringan distribusi tegangan menengah (20 kV). 

       Instalasi cubicle di industri sangat penting karena menghubungkan sumber daya listrik dari gardu atau trafo step-down ke jaringan distribusi industri, dan berperan dalam penyaluran beban serta proteksi terhadap gangguan. Berikut adalah penjelasan detail tentang cara instalasi cubicle 20 kV pada industri dan gangguan yang mungkin terjadi dalam sistem penyaluran beban:

1. Cara Instalasi Cubicle 20 kV pada Industri

Cubicle 20 kV terdiri dari berbagai modul yang biasanya terpasang di ruangan switchgear. Komponen utama cubicle termasuk switchgear, busbar, circuit breaker (pemutus sirkuit), transformer current (CT), relay proteksi, dan disconnector. Berikut langkah-langkah umum instalasi cubicle 20 kV pada industri:

a. Perencanaan dan Desain Sistem

  • Studi Kebutuhan Daya: Melakukan analisis kebutuhan daya pada industri untuk menentukan kapasitas cubicle yang sesuai.
  • Desain Tata Letak Cubicle: Merancang tata letak cubicle di dalam ruang switchgear, termasuk mempertimbangkan sirkulasi udara untuk pendinginan, jarak antar cubicle, dan akses untuk pemeliharaan.
  • Perencanaan Rute Kabel: Menentukan rute instalasi kabel daya, grounding, dan sinyal kontrol dari cubicle ke trafo, beban, dan pusat kontrol.

b. Persiapan Lokasi

  • Ruangan Switchgear: Pastikan ruangan switchgear memiliki ventilasi yang baik, cukup ruang untuk perawatan, serta dilengkapi dengan sistem proteksi seperti sistem pemadam api dan grounding yang memadai.
  • Lantai dan Fondasi: Lantai harus kuat dan datar, serta mampu menopang berat cubicle. Biasanya cubicle dipasang pada fondasi khusus yang terbuat dari baja atau beton.
  • Sistem Grounding: Pasang sistem grounding untuk cubicle dan peralatan terkait. Semua bagian logam cubicle harus dihubungkan ke sistem grounding untuk memastikan keselamatan personel dan perlindungan peralatan.

c. Pengangkutan dan Penempatan Cubicle

  • Pengangkutan: Cubicle dikirim ke lokasi dalam kondisi terpisah atau sudah terakit tergantung pada ukuran dan desain. Pengangkutan harus dilakukan dengan hati-hati agar peralatan di dalam cubicle tidak rusak.
  • Penempatan: Setelah cubicle tiba di lokasi, diletakkan pada fondasi atau rangka baja yang telah disiapkan. Pastikan semua modul terpasang pada posisi yang benar dan diikat dengan kuat.

d. Instalasi Kabel Daya dan Busbar

  • Kabel Daya Masuk dan Keluar: Hubungkan kabel daya dari trafo (incoming feeder) ke terminal cubicle, dan sambungkan kabel keluaran (outgoing feeder) dari cubicle ke beban.
  • Busbar: Jika diperlukan, pasang busbar untuk menghubungkan berbagai cubicle di dalam panel. Busbar biasanya terbuat dari tembaga atau aluminium, dan harus diisolasi dengan baik untuk mencegah loncatan listrik.
  • Grounding Busbar: Hubungkan busbar dan casing cubicle ke sistem grounding untuk melindungi dari gangguan tegangan.

e. Pemasangan Circuit Breaker dan Relay Proteksi

  • Circuit Breaker (Pemutus Sirkuit): Pasang pemutus sirkuit yang sesuai dengan kapasitas daya. Circuit breaker melindungi sistem dari arus lebih atau korsleting.
  • Relay Proteksi: Instal relay proteksi untuk mendeteksi gangguan seperti hubung singkat, beban lebih, atau arus bocor. Relay ini bekerja dengan mendeteksi kesalahan dan mengirimkan sinyal ke circuit breaker untuk memutus aliran listrik.

f. Uji Coba dan Pengujian Sistem

  • Pengujian Sistem Grounding: Lakukan pengujian resistansi grounding untuk memastikan nilai yang rendah dan sesuai standar.
  • Pengujian Dielektrik (Insulasi): Uji isolasi pada kabel dan peralatan untuk memastikan tidak ada kebocoran listrik yang berbahaya.
  • Pengujian Fungsi Circuit Breaker dan Relay: Pastikan bahwa circuit breaker dan relay proteksi bekerja dengan benar dan sesuai dengan pengaturan.
  • Pengujian Beban: Uji cubicle dengan mengalirkan beban simulasi untuk memastikan semua sistem bekerja dengan benar sebelum dioperasikan secara penuh.

g. Operasional dan Pemeliharaan

  • Pemantauan Operasional: Cubicle harus dipantau secara rutin, terutama parameter seperti arus, tegangan, dan suhu.
  • Pemeliharaan Berkala: Lakukan pemeliharaan berkala seperti pengecekan kondisi isolasi, membersihkan debu, mengencangkan koneksi, serta memeriksa sistem proteksi.

2. Gangguan yang Terjadi dalam Sistem Penyaluran Beban

Meskipun sistem cubicle 20 kV didesain untuk penyaluran daya yang andal, gangguan tetap bisa terjadi akibat faktor eksternal, peralatan, atau kondisi operasional. Berikut beberapa gangguan yang sering terjadi:

a. Arus Lebih (Overcurrent)

  • Penyebab: Beban yang berlebihan, korsleting antar fasa, atau masalah di peralatan seperti motor industri yang rusak.
  • Dampak: Circuit breaker akan trip (memutus arus) untuk melindungi sistem dari kerusakan lebih lanjut.
  • Solusi: Melakukan analisis beban, memastikan kapasitas peralatan sesuai, dan memeriksa adanya korsleting.

b. Hubung Singkat (Short Circuit)

  • Penyebab: Hubung singkat antara fasa ke fasa atau fasa ke tanah akibat isolasi yang rusak atau kegagalan peralatan.
  • Dampak: Muncul arus yang sangat besar dalam waktu singkat yang dapat merusak peralatan.
  • Solusi: Relay proteksi harus bekerja cepat untuk memutuskan circuit breaker dan melokalisir gangguan.

c. Arus Bocor ke Tanah (Ground Fault)

  • Penyebab: Kerusakan isolasi atau kebocoran arus di peralatan listrik yang menyebabkan arus mengalir ke tanah.
  • Dampak: Ini bisa menyebabkan panas berlebih dan kerusakan peralatan, serta risiko sengatan listrik bagi pekerja.
  • Solusi: Instalasi sistem grounding yang baik dan pemakaian relay ground fault untuk mendeteksi dan memutus arus bocor.

d. Lonjakan Tegangan (Voltage Surge)

  • Penyebab: Gangguan petir, switching dari peralatan besar, atau gangguan pada jaringan transmisi.
  • Dampak: Lonjakan tegangan dapat merusak peralatan sensitif dan komponen dalam cubicle.
  • Solusi: Gunakan perangkat proteksi tegangan lebih (surge arrester) dan memastikan grounding efektif.

e. Kehilangan Tegangan (Voltage Drop)

  • Penyebab: Beban yang terlalu berat atau jarak kabel yang terlalu panjang dari sumber ke beban.
  • Dampak: Peralatan tidak bekerja pada kapasitas penuh dan bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang.
  • Solusi: Melakukan penyesuaian sistem distribusi dengan menambah trafo atau memperbaiki sistem distribusi.

f. Overheating pada Cubicle

  • Penyebab: Beban berlebih atau ventilasi yang buruk di ruangan switchgear.
  • Dampak: Komponen dalam cubicle, seperti switchgear dan busbar, bisa rusak akibat panas yang berlebihan.
  • Solusi: Pastikan ventilasi ruangan baik, serta lakukan pemantauan suhu secara rutin dan penggantian komponen yang rusak.

g. Gangguan dari Petir

  • Penyebab: Sambaran petir langsung atau induksi dari saluran transmisi yang terpengaruh oleh petir.
  • Dampak: Tegangan tinggi mendadak yang bisa merusak cubicle dan peralatan terkait.
  • Solusi: Pemasangan lightning arrester untuk menangkap tegangan berlebih akibat sambaran petir dan membuangnya ke tanah.
Cubicle 20 kV sangat penting dalam distribusi daya di industri besar. Instalasi yang tepat dan pemeliharaan yang baik dapat memastikan operasional yang aman dan andal. Gangguan seperti arus lebih, hubung singkat, dan arus bocor merupakan ancaman utama dalam sistem penyaluran beban, namun bisa diminimalkan dengan proteksi yang tepat, pemantauan berkala, dan desain sistem yang baik.

Share:

Categories

List Sales

Produks
100% barang baru, Petikayu, Spesifikasi tekhnik, Asal usul barang, Garansi.
Jasa
Instalasi, injeck kalibrasi Resistan Switch, Analizer Breaker, Hipot Test, comisionning, Training .
Cara Order
Permintaan Penawaran, Purchase Order. invoice dan kirim barang.

Order List

  1. Cubicle schnieder Sm6.
  2. Cubicle PIX.
  3. Cubicle Fluair.
  4. Relay Easergy Micom.
  5. Recloser.
  6. Sectionalizer.
  7. Commissioning.
  8. Injeck kalibrasi.
  9. Panel Maker.
  10. Trafo 20KV.
  11. Maintenance.
  12. Service.
  13. Art accesoreis komponen.

Team support

Custumer Service our help to this Hubungi : "Klik : LOKASI ALAMAT KAMI" with details about Produks customization you need.

Kota

Banda Aceh – Langsa - Lhokseumawe - Sabang - Subulussalam - Binjai - Gunungsitoli - Medan - Padangsidimpuan - Pematangsiantar - Sibolga - Tanjungbalai - Tebing Tinggi - Bengkulu - Jambi - Sungaipenuh - Dumai - Pekanbaru - Bukittinggi - Padang - Padang Panjang - Pariaman - Payakumbuh - Sawahlunto - Solok - Lubuklinggau - Pagar Alam - Palembang - Prabumulih - Bandar Lampung - Metro - Pangkalpinang - Batam - Tanjungpinang - Bandung - Banjar - Batu - Bekasi - Blitar - Bogor - Cilegon - Cimahi - Cirebon - Depok - Jakarta - Jakarta Utara - Jakarta Timur - Jakarta Pusat - Jakarta Selatan - Jakarta Barat - Kediri - Madiun - Magelang - Malang - Mojokerto - Pasuruan - Pekalongan- Probolinggo - Salatiga - Semarang - Serang - Sukabumi - Surabaya - Surakarta - Tasikmalaya - Tangerang - Tangerang Selatan - Tegal - Yogyakarta - Pontianak - Singkawang - Banjarbaru - Banjarmasin - Palangka Raya - Balikpapan - Bontang - Samarinda - Tarakan - Denpasar - Bima - Mataram - Kupang - Makassar - Palopo - Parepare - Baubau - Kendari - Palu - Gorontalo - Bitung - Kotamobagu - Manado - Tomohon - Ambon - Tual - Ternate - Tidore Kepulauan - Jayapura - Sorong

Pages